Aisyah pernah bertanya,"Wahai Rasulullah, aku memiliki dua orang tetangga. Maka kepada siapakah aku memberikan hadiah diantara mereka berdua?". Beliau menjawab. HR Bukhari dalam Al Adab Al Mufrad no: 119 dan dishahihkan oleh Al Albani. Lihat Min Adabil Islam hal. 32 [14]. HR Imam Ahmad dalam Musnadnya dan Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no Ketikagurunya bertanya apakah murid sudah pernah mendengar penjelasan yang hendak disampaikan guru, tidak pantas bagi pelajar untuk menjawab iya atau tidak. Tidak layak menjawab iya, karena mengesankan ketidakbutuhan kepada penjelasan guru. Pun demikian dengan jawaban tidak, kesalahannya karena ia telah berbohong. Adabdan Doa Ziarah Kubur Rasulullah saw bersabda: โ€œBerilah hadiah mayit-mayitmu.โ€. Kemudian kami (sahabat) bertanya: Apa hadiah untuk mayit? Beliau menjawab: โ€œSedekah dan doa.โ€ (Mafatihul Jinan, pasal 10, hlm 570) Rasulullah saw bersabda: โ€œSesungguhnya setiap Jumโ€™at arwah orang-orang mukmin datang ke langit dunia vertikal dengan Akuhanya melihat pada adab dan akhlak beliau.โ€ Adz-Dzahabi menyebutkan, โ€œMajelis Imam Ahmad dihadiri oleh lima ribu orang. Lima ratus di antaranya mencatat, sedangkan selebihnya mengambil manfaat dari perilaku, akhlak, dan adab beliau.โ€ Ibnul Mubarak berkata. Sekian lama aku telah menempa diriku. Dan adab adalah yang terbaik baginya DebatIslam vs Kristen 2022, Debat Mualaf 2022, Debat Islam vs Kristen 2021, debat islam vs Kristen, debat islam dan Kristen, debat islam vs Kristen Terbaru Dari Abdullah bin โ€˜Amru bahwa ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Islam manakah yang paling baik? Nabi SAW menjawab: Kamu memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenalโ€. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga bersabda: โ€œSebarkan salam di antara kalian, niscaya kalian saling mencintaiโ€. vNenfS6. Adab para Kiai dalam menjawab itu diantaranya, pertama para kiai akan mengaku tidak tahu kalau tidak mengetahui jawabannya. Kedua, kalaupun mereka tahu, mereka akan menunggu orang lain untuk terlebih dahulu menjawab atau meminta kepada penanya untuk bertanya kepada orang lain yang lebih mengetahui jawabannya. Terakhir, baru mereka akan menjawab. Saya lama antri di rumah KH Abdurrahman Wahid Gus Dur sekitar tahun 1998. Sewaktu dapat giliran bertanya, saya tanyakan kepada Gus Dur mengenai sejumlah fatwa NU. Beliau menjawab singkat โ€œTanyakan saja hal tersebut kepada Said Aqil Siradj.โ€ Sebagai santri, saya paham dan kemudian mundur ke belakang. Lantas datang Nusron Wahid yang bertanya kepada Gus Dur tentang suatu peristiwa di tanah air, Gus Dur menjawab โ€œSaya gak tahu. Jangan tanya saya soal itu.โ€ Luar biasa, bukan? Masih pada tahun yang sama, saya kemudian menuju Rembang dan sowan kepada KH A Mustofa Bisri Gus Mus dan menanyakan soal keputusan Munas Lampung mengenai manhaj NU dalam berfatwa. Sebelum menjawab, Gus Mus bertanya kepada saya โ€œSudah ke rumahnya Kiai Cholil Bisri? Itu rumahnya di depan, nanti tanya juga kepada beliauโ€. Indah, bukan? Begitulah adab para Kiai dalam memberi jawaban. Tidak merasa paling tahu, apalagi merasa jawaban yang diberikan adalah satu-satunya kebenaran. Bagaimana dengan adab kita selaku penanya? Pertama, kita pahami dulu bahwa kita mengajukan pertanyaan baik tatap muka langsung atau lewat media sosial itu sudah mengambil waktu mereka. Beruntunglah kalau mereka mau menjawab. Kalau karena satu dan lain hal mereka tidak berkenan menjawab, masak kita mau memaksa? Tetap jaga akhlak kita. Kedua, kita bertanya kepada mereka itu karena kita percaya dengan otoritas mereka. Jadi, jangan kemudian bersikap kita lebih tahu atau mau mengajak berdebat dengan tanya dalil macam-macam. Kalau memang tidak percaya dengan otoritas keilmuan mereka, ya kenapa bertanya kepada mereka? Tanya orang lain saja. Meminta jawaban lengkap dan panjang lebar itu artinya semakin menyita waktu mereka. Padahal ini gratis. Gratis saja kok memaksa minta jawaban lengkap dengan rujukan macem-macem. Memangnya buat makalah untuk seminar? smile emoticon Jadi, kalau diberi jawaban ya syukuri saja. Meski jawabannya pendek. Kalau tidak dijawab, ya tetap jaga akhlak kita, jangan malah ngomel-ngomel dengan menuduh mereka menyembunyikan ilmu. Kalau gak cocok dengan jawabannya, ya silahkan cari second opinion. Ingat, mereka yang kita tanya itu tidak punya kewajiban menjawab pertanyaan kita. Jawaban mereka itu seperti sodaqah dari mereka untuk kita. Kita faqir, mereka alim. Kita tidak tahu, mereka lebih tahu. Kalau mereka mau men-sodaqahkan apa yang mereka tahu, itu pahala buat mereka. Tapi mereka tidak wajib ber-sodaqoh ilmu mereka kepada kita. Saya melihat di media sosial saat ini adab bertanya dan adab menjawab sudah mulai ditinggalkan. Yang menjawab tidak lagi dengan ilmu, dan yang bertanya tidak lagi bertanya dengan akhlak. Yang menjawab merasa jawabannya paling benar, dan yang bertanya tidak percaya dengan otoritas keilmuan yang menjawab, malah ngeyel atau melecehkan jawaban yang diberikan. Yang menjawab, selalu merasa paham semua persoalan sehingga dijawab sendiri semua pertanyaan, dan yang bertanya terus memaksa seakan-akan pertanyaannya harus dijawab. Yang menjawab sering menganggap yang bertanya itu bodoh, dan yang bertanya sering bermaksud menguji sampai dimana pertanyaannya bisa dijawab. Mari kita belajar kembali adab dalam melakukan tanya-jawab. Media sosial ini cuma alat, tool atau cara kita berkomunikasi. Dari semula face-to-face, sekarang hanya screen-to-screen. Jadi, alat komunikasinya saja yang berubah, namun akhlak harus tetap kita jaga. HP boleh semakin โ€œmodernโ€, tapi tata krama kita tetap harus โ€œtradisionalโ€. Jangan sampai alat komunikasi yang kita pakai semakin canggih, namun sikap dan perilaku kita malah semakin gak karuan. Mari yukโ€ฆsama-sama kita belajar terus untuk berkomunikasi yang baik di media sosial. Semoga Allah merahmati mereka yang bertanya dan mereka yang menjawab, dengan niat untuk sama-sama mencari keridhaan Allah. Amin Ya Allah Tabik, Nadirsyah Hosen Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School. Juga sebagai Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhasus IIQ Jakarta. Skip to content HomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah Islam 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED 1. Ikhlaskan diri karena Allah ๏ทป dalam bertanya untuk mengetahui suatu masalah. 2. Tidak bertanya kecuali kepada orang yang berilmu, atau menurut perkiraannya yang kuat dia mampu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. 3. Memulai pertanyaan dengan salam. โ€œUcapkan salam sebelum bertanya. Siapa saja yang bertanya kepada kalian sebelum dia mengucapkan salam, maka janganlah kalian menjawabnya.โ€ [HR. Ibnu an-Najar, hadis dari Jabir, lihat Shahiihul Jaamiโ€™ no. 3699 dan HR. Ibnu Adi dalam al-Kaamil II/303, hadis dari Ibnu Umar, lihat ash-Shahiihah no. 816] Para sahabat pernah bertanya tanpa ucapan salam, tapi tetap dijawab oleh Rasulullah ๏ทบ. Maka dipahami, bahwa mengucapkan salam sebelum bertanya bukanlah sesuatu yang wajib, tetapi sangat dianjurkan, dan telah menghidupkan Sunnah. 4. Hendaknya memerbagus pertanyaan tentang ilmu yang bermanfaat, yang akan menunjukkan kepada berbagai kebaikan, dan mengingatkan dari segala kejelekan. 5. Gunakanlah bahasa yang penuh sopan santun, lemah lembut, dan tidak mengandung penghinaan serta kemarahan. 6. Ketika telah selesai menulis pertanyaan, maka sampaikanlah ucapan terima kasih, serta mendoakan ustadz yang nanti akan menjawabnya. 7. Janganlah mengadu domba di antara ahli ilmu. Seperti berkata โ€œTapi ustadz, Fulan telah berkata begini dan begitu.โ€ Dan cara seperti ini termasuk kurang beradab dan sangat tidak sopan. Hati-hatilah terhadap hal seperti ini. Tetapi jika memang harus melakukannya, maka hendaknya berkata โ€œBagaimanakah pendapatmu tentang ucapan yang telah mengatakan begini dan begitu?โ€ TANPA menyebut nama orang yang mengucapkan. 8. Hendaknya bersabar dalam menunggu jawabannya yang telah diajukan. Karena bisa jadi ustadz tersebut sedang sibuk dengan berbagai aktivitasnya, atau sedang beristirahat, sakit, melayani tamu, safar dll. 9. Janganlah menceritakan aib atau dosa yang pernah dilakukan sendiri, keluarga, atau orang lain, sehingga diketahui oleh semua anggota group di sosial media. Apabila masalah itu harus juga disampaikan karena ingin untuk mendapatkan solusi dan pencerahan, maka hendaknya disampaikan secara pribadi saja kepada ustadz tertentu, yang dianggap bisa memberikan solusi dan menyimpan rahasia. 10. Hendaknya siapapun yang bertanya tidak marah atau tersinggung ketika sedang diluruskan pemahamannya, atau dari cara bertanyanya yang salah dll. Ibnu Qudamah ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ berkata โ€œDahulu kaum salaf sangat senang ada orang yang mau mengingatkan kekurangan mereka. Akan tetapi kita sekarang pada umumnya sangat membenci kepada orang yang telah mengingatkan kekurangan kita.โ€ [Minhajul Qashidin hal 196] 11. Janganlah bertanya hanya sekadar untuk menambah wawasan tanpa mau mengamalkan. Atau sekadar mencari-cari keringanan hukum. Misalnya penanya bertanya kepada seorang ustadz. Karena jawabannya tidak berkenan dalam hatinya, lalu dia pun bertanya lagi ke ustadz lainnya. Dan apabila jawabannya sesuai dengan hawa nafsunya, maka ia pun menerimanya. Ini merupakan bukti bahwa penanya tidak menghendaki syariat, kecuali yang sesuai dengan hawa nafsunya. 12. Jangan merendahkan dan melecehkan ustadz, seandainya ia tidak bisa menjawab pertanyaan. Yaqut al-Hamawi ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ berkata โ€œOrang alim ulama/ustadz pasti ada saja yang tidak diketahuinya. Bisa saja pas dia tidak mengetahui jawaban terhadap masalah yang ditanyakan kepadanya, mungkin karena masalah tersebut belum pernah didengar sebelumnya, atau karena dia lupa.โ€ [Irsyaad al-Ariif 1/24] Contoh cara bertanya yang terbaik ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูˆ ุฑุญู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ุจุฑูƒุงุชู‡ Afwan ustadz, saya mau bertanya, mengapa diri ini yang selalu saja cenderung kepada dosa dan maksiat, serta sulit diajak untuk menaati Allah dan Rasul-Nya? Padahal saya sudah berusaha keras untuk senantiasa menghadiri majelis ilmu, dan berdoa kepada Allah taala agar dikuatkan iman. Semoga ustadz dan keluarga selalu dirahmati dan diberkahi Allah taala. Penulis Ustadz Najmi Umar Bakkar najmiumar_official Ikuti kami selengkapnya di WhatsApp +61 450 134 878 silakan mendaftar terlebih dahulu Website Facebook Instagram NasihatSahabatCom Telegram Pinterest 12 ADAB BERTANYA DI SOSMED Related Posts Al-Arbaโ€™un an-Nawawiyah, Hadis ke-09 ุฐูŽุฑููˆู†ููŠ ู…ูŽุง ุชูŽุฑูŽูƒู’ุชููƒูู…ู’ุŒ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ู‡ูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ููƒูู…ู’ ุจูุณูุคูŽุงู„ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงุฎู’ุชูู„ุงูŽููู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ู†ูŽู‡ูŽูŠู’ุชููƒูู…ู’ ุนูŽู†ู ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุกู ููŽุงุฌู’ุชูŽู†ูุจููˆู‡ูุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑู’ุชููƒูู…ู’ ุจูุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุกู ููŽุงุฆู’ุชููˆุง ู…ูู†ู’ู‡ู ู…ูŽุง ุงุณู’ุชูŽุทูŽุนู’ุชูู…ู’ Biarkan aku apa yang aku biarkan kepada kalian. Sesungguhnya kebinasaan umat sebelum kalian adalah karena pertanyaan dan penyelisihan mereka kepada nabi-nabi mereka. Jadi, jika aku melarang sesuatu atas kalian maka tingggalkanlah dan jika aku memerintahkan sesuatu maka lakukanlah sesuai batas kemampuan kalian HR Ahmad, al-Bukhari, Muslim, al-Humaidi, Ibn Hibban, Abu Yaโ€™la, dll Hadis ini dikeluarkan oleh al-Humaidi dari Sufyan. Imam Ahmad mengeluarkannya dari Yazid dari Muhammad bin Ishaq. Imam al-Bukhari mengeluarkannya dari Ismail bin Abi Uwais dari Malik. Imam Muslim mengeluarkannya dari Qutaibah bin Said dari al-Mughirah al-Hizami dan dari Ibn Abi Umar dari Sufyan. Abu Yaโ€™la mengeluarkannya dari Wahab dari Khalid, dari Abdurrahman bin Abi Ishaq al-Madini. Ibn Hibban mengeluarkannya dari al-Fadhl bin al-Hubab al-Jumahi, dari Ibrahim bin Basyar dari Sufyan. Kelimanya Sufyan bin Uyainah, Muhammad bin Ishaq, Malik, al-Mughirah al-Hizami, Abdurrahman bin Ishaq al-Madini dari Abu az-Zinad, dari al-Aโ€™raj, dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shahr ad-Dawsi ra. Imam Muslim, an-Nasai, at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, Ibn Hibban, Ibn Khuzaimah dan lainnya juga mengeluarkan hadis tersebut dengan redaksi sedikit berbeda melalui beberapa jalur dari penuturan Abu Hurairah ra. Imam an-Nawawi memasukkan hadis ini dalam Al-Arbaโ€™รปn an-Nawawiyah hadis ke sembilan. Hadis ini termasuk bagian dari salah satu pokok ajaran agama, yang memberikan tuntunan sikap bagi seorang Muslim terhadap larangan dan perintah. Lafal dzarรปnรฎ โ€ฆ wa ikhtilรขfihim alรข anbiyรขihim meski redaksinya berita, maknanya adalah larangan menyelisihi nabi dan banyak bertanya. Menyelisihi nabi sudah diketahui oleh semua bahwa hukumnya adalah haram. Adapun bertanya maka qarinah yang ada menunjukkan larangan itu bermakna makruh dan itu pun hanya untuk jenis pertanyaan tertentu, bukan umum untuk semua pertanyaan. Sebab, Allah SWT justru memerintahkan untuk bertanya kepada ulama jika kita tidak tahu QS an-Nahl [16] 43; al-Anbiyaโ€™ [24] 7. Dalam beberapa hadis Rasul saw. juga memerintahkan untuk bertanya. Begitupun para Sahabat banyak bertanya kepada Rasul saw., beliau tidak melarangnya dan beliau pun menjawab pertanyaan mereka. Ringkasnya, pertanyaan itu ada dua jenis. Pertama pertanyaan yang dilarang. Di antaranya pertanyaan yang menimbulkan keraguan tasykรฎkiyah dalam akidah atau tentang kelayakan syariah. Juga pertanyaan tentang perkara yang berada di luar jangkauan akal manusia, seperti pertanyaan tentang ruh nyawa, tentang zat Allah, tentang zat/hal gaib, tentang jin, malaikat, dsb. Juga dilarang pertanyaan dalam rangka mendebat li al-jidรขl, pertanyaan yang berputar-putar menyulitkan untuk membuat yang ditanya agar tampak bodoh asโ€™ilah taโ€™annutiyah dan pertanyaan untuk mengejek atau memperolok istihzรขโ€™. Begitu pula dilarang pertanyaan tentang detil suatu masalah secara berlebihan yang sebenarnya tidak perlu tanathuโ€™i, seperti pertanyaan apakah haji diwajibkan setiap tahun, yang menjadi asbabul wurud hadis ini. Juga pertanyaan yang dibuat-buat takalluf atau pertanyaan yang mengada-ada; termasuk pertanyaan kalau, jika, seandainya begini bagaimana; yakni tentang sesuatu yang bersifat asumtif, bukan yang faktual atau dugaan kuat akan dijalani atau dihadapi. Dalam hal ini, para Sahabat, tabiโ€™un dan tabiโ€™ut tabiโ€™in, tidak menyukai pertanyaan tentang sesuatu yang belum ada atau belum terjadi karenanya mereka bersikap tawaquf tidak mau menjawab atau membahasnya. Kedua pertanyaan yang diperintahkan dan disyariatkan, yaitu pertanyaan dalam rangka taโ€™lim, di antaranya agar lebih paham atau lebih jelas memahami nas dan hukum. Juga pertanyaan dalam rangka pengajaran untuk pembelajar yang lain supaya pelajaran yang diberikan guru, deskripsinya jadi lebih jelas, lebih lengkap atau lebih mudah dipahami para pembelajar. Bahkan bagi orang yang akan melakukan sesuatu dan dia belum/tidak tahu hukumnya, maka bertanya tentang hukum sesuatu itu sebelum dia melakukannya adalah wajib. Sebab, tanpa itu dia tidak akan bisa melaksanakan kewajiban terikat dengan syariah dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu. Hadis ini memberi tuntunan sikap seorang Muslim. Terhadap perintah, dilaksanakan sesuai batas kemampuan. Maknanya bukanlah minimalis, tetapi justru maksimalis. Sebab, makna istithaโ€™ah adalah aqsha thรขqah kemampuan maksimal. Adapun larangan, maka ditinggalkan, dan itu tanpa dikaitkan dengan istithรขโ€™ah. Sebab, meninggalkan adalah manahan diri, tidak melakukan, atau tidak mengambil yang dilarang itu, atau berhenti lalu menjauhinya jika terlanjur dikerjakan. Hadis ini mengisyaratkan bahwa dari pada menyibukkan diri dengan pertanyaan yang dilarang itu, hendaknya seorang Muslim lebih menyibukkan diri memahami apa yang dibawa oleh Nabi baik al-Quran maupun as-Sunnah, mendalami maknanya dan menggali hukumnya bagi yang mampu atau memahami hukum-hukum yang digali darinya oleh para mujtahid. Semuanya dalam rangka mempedomani dan mengamalkannya. Jika itu termasuk perkara pembenaran, hendaklah menyibukkan diri untuk membenarkannya baik ghalabah zhan ataupun mengimaninya sesuai tuntutan nas itu. Jika merupakan perkara amaliah, hendaklah mengerahkan segenap daya upaya untuk melaksanakannya sesuai batas kemampuan jika itu berupa perintah; dan meninggalkan serta menjauhinya jika berupa larangan. Jika masih ada waktu lebih, bolehlah memikirkan hukum apa yang mungkin akan terjadi menurut asumsi dengan maksud untuk dipedomani andai benar terjadi. Jadi tafaqquh fi ad-dรฎn itu terpuji jika untuk amal dan tercela jika untuk riya dan perdebatan, apalagi untuk menimbulkan kerancuan, kebingungan dan keraguan di banyak orang. WalLรขh aโ€™lam. [Yahya Abdurrahman] Apakah adab-adab bertanya yang perlu kita ketahui dan amalkan? Artikel ini akan membahaskan 10 adab bertanya yang perlu dipelajari oleh kita. Pengenalan Bertanya merupakan satu perkara yang penting untuk akses kepada pengetahuan. Tanpa bertanya, kitatidak akan mendapat apa-apa jawapan. Seperti pepatah orang Melayu, โ€œMalu bertanya, sesat jalan.โ€ Setiap manusia mempunyai rasa ingin tahu. Ingin tahu tentang sesuatu. Jadi, macam mana hendak menjadi tahu? Jawabnya, haruslah bertanya. Namun, ada orang pernah berkata, banyak bertanya itu boleh membawa kepada kesesatan. Betulkah? Dalam Surah an-Nahl ayat 43, Allah berfirman Oleh itu bertanyalah kamu wahai golongan musyrik kepada orang-orang yang berpengetahuan agama jika kamu tidak mengetahui. Ayat ini jelas memberitahu kita untuk bertanya kepada pakar atau orang yang tahu sekiranya kita tidak tahu. Jadi, ia merupakan galakkan untuk bertanya supaya kita dapat akses kepada ilmu. Kisah Tauladan Tentang Adab Bertanya Terdapat satu kisah, seorang sahabat keluar bermusafir lalu luka. Selepas luka itu pula, dia mimpi malam lalu keluar air mani. Disebabkan itu, dia hendak bertayamum kerana kalau kena air, ia akan membahayakan luka itu tadi. Sahabat seorang lagi tidak benarkan. Sampailah, dia tetap menggunakan air seperti biasa dan akhirnya meninggal dunia. Cerita ini sampai kepada Rasulullah. Jawab Rasulullah Mereka telah membunuhnya dan Allah akan membunuh mereka. Kenapakah mereka tidak bertanya sekiranya tidak tahu? Hanya dengan bertanya boleh menghilangkan keraguan. Sebenarnya memadai dia bertayamum dan membalut lukanya dengan kain perca, seterusnya menyapu air di atas balutan dan mandi ke seluruh badannya. Riwayat Abu Daud Kalau tidak tahu, kena tanya dahulu. Bukannya memandai-mandai. Menjaga Adab Bertanya Jadi, bilamana yang tidak boleh bertanya? Mudahnya, bilamana ia tidak akan membawa manfaat. Allah berfirman dalam Surah al-Maidah ayat 101 Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu bertanyakan kepada Nabi perkara-perkara yang jika diterangkan kepada kamu akan menyusahkan kamu, dan jika kamu bertanya mengenainya ketika diturunkan Al-Quran, tentulah akan diterangkan kepada kamu. Allah maafkan kamu dari kesalahan bertanyakan perkara-perkara itu yang tidak dinyatakan di dalam Al-Quran; kerana Allah Maha pengampun, lagi Maha penyabar. Kadang-kadang, terdapat orang yang ingin menunjukkan โ€œpengetahuannyaโ€ lalu bertanya soalan yang bukan-bukan dan tidak berfaedah. Ini merupakan 10 adab bertanya 1-Ucapkan Salam Pembuka komunikasi merupakan satu entiti yang penting. Ia penting untuk membina hubungan yang harmoni sebelum perbualan pergi lebih jauh. Allah berfirman dalam Surah Yunus ayat 10 Dan ucapan penghormatan mereka padanya ialah Selamat sejahtera. Menurut pakar bahasa Melayu, Prof. Asmah Haji Omar memanggil ini sebagai pembuka komunikasi. Ia amat penting untuk menjamin kelangsungan suatu peristiwa komunikasi. 2- Gunakan Pertuturan Yang Santun Allah berfirman dalam Surah Taha ayat 44 Maka hendaklah kamu berdua berkata kepadanya dengan ucapan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia mengambil peringatan atau berasa takut. Sebelum bertanya, hendaklah kita pastikan nada suara dan gaya pertuturan kita itu santun. Pertuturan yang biadab akan menghadirkan rasa tidak senang kepada teman bicara. 3- Minta Izin Mintalah izin sebelum bertanya, mungkin pertanyaan itu boleh mengganggu teman bicara dan sebagainya. Meminta izin menunjukkan ketinggian budi kita sebagai manusia biasa. 4- Lihat Keadaan Pastikan keadaannya sesuai untuk bertanya soalan tersebut. Janganlah bertanya dalam situasi-situasi yang sensitif sebagai contoh. Misalnya, apabila terdapat kematian, janganlah kita bertanya macam-macam kepada keluarga si mati seperti kita tidak empati dengan keadaan mereka yang sedang bersedih. 5- Jaga Sensitiviti Sensitiviti perlu dijaga. Contohnya, isu perkauman, politik, agama dan sebagainya. Tanyalah dalam situasi yang tepat. Contoh situasi, dalam kuliah perbandingan agama. Bolehlah kita bertanya tentang agama orang lain dan sebagainya. Janganlah kita tanya soalan berkenaan di kenduri kahwin pula. Ia tidak sesuai. 6- Tanyalah Soalan Yang Munasabah Munasabah di sini ialah soalan tersebut betul-betul berkaitan. Bukannya untuk mengorek rahsia, peribadi dan aib seseorang, memperolok-olokkan dan lain-lain. Lihat Surah al-Israโ€™ ayat 85 Dan mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang roh. Katakanlah, โ€œRoh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.โ€ Ayat ini menunjukkan soalan yang tidak munasabah. Kalau kita tahu tentang keadaan roh itu pun, apa yang akan terjadi? Apakah iman kita akan bertambah kuat? Adakah kita akan lebih beragama dan sebagainya? Ayat ini menceritakan sekumpulan orang Yahudi yang bertanya kepada Rasulullah. Namun, pertanyaan itu tidak munasabah dan tidak boleh menghasilkan apa- apa ilmu. Apatah lagi ia berkait tentang alam ghaib. 7- Jangan Melakukan Provokasi Kadang-kadang, ada juga orang yang bertanya sengaja buat provokasi kepada seseorang. Ini tidak elok. Bertanyalah dengan tujuan yang murni. Untuk mendapatkan jawapan supaya puas hati dan sebagainya. Bukannya untuk menjatuhkan seseorang, membuat seseorang berasa terancam dan sebagainya. 8- Pilihlah Perkataan Yang Betul Untuk bertanya pun, mesti menggunakan perkataan yang betul. Tidak boleh kita secara semberono bertanya. Mungkin perkataan yang kita tidak sedar kita gunakan itu boleh menyinggung perasaan orang lain. 9- Jangan Menyampuk Apabila kita bertanya, kita perlu berikan giliran bercakap kepada orang yang menjawab. Janganlah kita memotong ketika dia sedang bercakap. Berikan dia masa untuk habis menjawab. 10- Ucapkan Terima Kasih Rasulullah bersabda Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi sesiapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia. Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi Sebagai penutup, kita hendaklah berterima kasih kepada jawapan-jawapan yang diberikan kepada orang yang menjawab. Adab-Adab Lain Yang Perlu Diketahui Rujukan 5 adab ketika bertanya -getaran. myUcapan Salam myBanyak bertanya dalam konteks seorang pelajar -irsyad fatwa my Ditulis oleh Al-Ustadz Fahmi Abu Bakar Jawwas Al-Madinah, KSA ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ู†ุณุชุนูŠู†ู‡ ูˆู†ุณุชุบูุฑู‡ ูˆู†ุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุดุฑูˆุฑ ุฃู†ูุณู†ุง ูˆู…ู† ุณูŠุฆุงุช ุฃุนู…ุงู„ู†ุง ู…ู† ูŠู‡ุฏ ุงู„ู„ู‡ ูู„ุง ู…ุถู„ ู„ู‡ ูˆู…ู† ูŠุถู„ู„ ูู„ุง ู‡ุงุฏูŠ ู„ู‡ ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡ ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุฃุตุญุงุจู‡ ูˆุณู„ู… ุชุณู„ูŠู…ุง Syaikh Muhammad Al-Imaam hafidzahullaah berkata, โ€œDan Imam Asy-Syatibi rahimahullaah telah memperhatikan dengan menyebutkan di beberapa tempat yang dibenci di dalamnya suatu pertanyaan, kita meringkasnya sebagai berikut Pertanyaan yang tidak ada manfaat untuk agamanya. Pertanyaan setelah apa-apa yang telah sampai dari suatu ilmu itu untuk kebutuhannya. Pertanyaan yang dia tidak membutuhkannya pada waktu itu. Pertanyaan yang paling sulit dan paling buruknya. Pertanyaan tentang sebab hukum peribadahan. Berlebih-lebihan dalam bertanya sehingga sampai kepada batasan pembebanan. Tampak dari pertanyaan, penyelisihannya terhadap Al-Qurโ€™an dan Sunnah dengan akal. Pertanyaan tentang perkara yang masih samar-samar. Pertanyaan tentang apa-apa yang terjadi dari perselihan kaum salaf. Pertanyaan mencari kesalahan yang menjatuhkannya ketika perdebatan. Dan larangan di dalamnya tidaklah sama, tetapi disana ada yang sangat dibenci, dan ada juga yang ringan, dan ada juga yang diharamkan dan ada juga tempat bagi ijtihad.โ€ Al-Ibaanah 139. Keterangan โ€Ž 1. Pertanyaan yang tidak ada manfaat untuk agamanya. Seperti pertanyaan Abdullaah bin Hudzaafah radiyallaahu anhu kepada Rasulallaah shalallaahu alaihi wa sallam, โ€œSiapakah ayahku?โ€ 13/265 no. 7294, Muslim 4/1832 no. 2359 dari hadits Anas bin Maalik radhiallaahu anhu 2. Pertanyaan setelah apa-apa yang telah sampai dari suatu ilmu itu untuk kebutuhannya. Seperti pertanyaan bani Israil kepada Nabi Musa alaihis salaam ูˆูŽุฅูุฐู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ููˆุณูŽู‰ ู„ูู‚ูŽูˆู’ู…ูู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑููƒูู…ู’ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฐู’ุจูŽุญููˆุง ุจูŽู‚ูŽุฑูŽุฉู‹ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุฃูŽุชูŽุชูŽู‘ุฎูุฐูู†ูŽุง ู‡ูุฒููˆู‹ุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุนููˆุฐู ุจูุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ุฃูŽูƒููˆู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููŠู†ูŽ ูฆูงู‚ูŽุงู„ููˆุง ุงุฏู’ุนู ู„ูŽู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ูƒูŽ ูŠูุจูŽูŠูู‘ู†ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูŽุง ู‡ููŠูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุจูŽู‚ูŽุฑูŽุฉูŒ ู„ุง ููŽุงุฑูุถูŒ ูˆูŽู„ุง ุจููƒู’ุฑูŒ ุนูŽูˆูŽุงู†ูŒ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุงูู’ุนูŽู„ููˆุง ู…ูŽุง ุชูุคู’ู…ูŽุฑููˆู†ูŽ ูฆูจู‚ูŽุงู„ููˆุง ุงุฏู’ุนู ู„ูŽู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ูƒูŽ ูŠูุจูŽูŠูู‘ู†ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูŽุง ู„ูŽูˆู’ู†ูู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุจูŽู‚ูŽุฑูŽุฉูŒ ุตูŽูู’ุฑูŽุงุกู ููŽุงู‚ูุนูŒ ู„ูŽูˆู’ู†ูู‡ูŽุง ุชูŽุณูุฑูู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุธูุฑููŠู†ูŽ ูฆูฉู‚ูŽุงู„ููˆุง ุงุฏู’ุนู ู„ูŽู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ูƒูŽ ูŠูุจูŽูŠูู‘ู†ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูŽุง ู‡ููŠูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุจูŽู‚ูŽุฑูŽ ุชูŽุดูŽุงุจูŽู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ุง ุฅูู†ู’ ุดูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽู…ูู‡ู’ุชูŽุฏููˆู†ูŽ ูงู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุจูŽู‚ูŽุฑูŽุฉูŒ ู„ุง ุฐูŽู„ููˆู„ูŒ ุชูุซููŠุฑู ุงู„ุฃุฑู’ุถูŽ ูˆูŽู„ุง ุชูŽุณู’ู‚ููŠ ุงู„ู’ุญูŽุฑู’ุซูŽ ู…ูุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุฉูŒ ู„ุง ุดููŠูŽุฉูŽ ูููŠู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุงู„ุขู†ูŽ ุฌูุฆู’ุชูŽ ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ููŽุฐูŽุจูŽุญููˆู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงุฏููˆุง ูŠูŽูู’ุนูŽู„ููˆู†ูŽ ุงู„ุจู‚ุฑุฉ โ€œDan ingatlah, ketika Musa berkata kepada kaumnya, โ€œSesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.โ€ Mereka berkata, โ€œApakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?โ€ Musa menjawab, โ€œAku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.โ€ Mereka menjawab, โ€œMohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina apakah itu.โ€ Musa menjawab, โ€œSesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.โ€ Mereka berkata, โ€œMohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanyaโ€. Musa menjawab, โ€œSesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.โ€ Mereka berkata, โ€œMohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu masih samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk untuk memperoleh sapi itu.โ€ Musa berkata, โ€œSesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.โ€ Mereka berkata, โ€œSekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.โ€ Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. QS. Al-Baqarah 67-71. 3. Pertanyaan yang dia tidak membutuhkannya pada waktu itu. Dan ini adalah khusus bagi yang belum diturunkan hukum di dalamnya. Hadits Rasulallaahu shalallaahu alaihi wa sallam, โ€œTinggalkanlah aku dengan apa-apa yang telah aku wariskan kepada kalian karena sesungguhnya kebinasaan kaum sebelum kalian itu dengan banyaknya pertanyaan mereka dan perselisihan mereka terhadap Nabi-Nabi mereka, apa-apa yang telah aku larang darinya maka jauhilah, dan apa-apa yang telah aku perintahkan kepadanya, lakukanlah semampu kalian.โ€ 13/251 no. 7288, Muslim 2/975 no. 1337 dari hadits Abu Hurairah radiyallaahu anhu 4. Pertanyaan yang paling sulit dan paling buruknya. Seperti larangan Nabi shalallaahu alaihi wa sallaam tentang mencari kekeliruan ulama haditsnya dhaif, dan perkara ini masuk kedalam no. 1 dan no. 3. Berkata Ash-Shanโ€™ani rahimahullaah dan sesungguhnya larangan Nabi shalallaahu alaihi wa sallam yaitu mencari kekeliruan ulama agar mereka di bilang tergelincir dan akan menimbulkan fitnah, sesungguhnya pelarangan itu dikarenakan tidak bermanfaat di dalam agama, dan hampir-hampir tidak di dapati kecuali di dalam permasalahan yang tidak bermanfaat Subul As-Salaam. 5. Pertanyaan tentang sebab hukum peribadahan. Seperti pertanyaan Muaโ€™dzah bin Abdillaah rahimahallaah kepada Aisyah radiyallaahu anha tentang qadha puasa tanpa mengqadha shalat bagi wanita yang haidh. Aisyah radiyallaahu anha berkata, โ€œApakah kamu seorang Haruuriyyah yaitu tempat berdiamnya khawarij?.โ€ HR. Muslim 1/265 no 335. 6. Berlebih-lebihan dalam bertanya sehingga sampai kepada batasan pembebanan. Ini relatif tergantung pada perseorangan, kadang menurut si A pertanyaan itu beban baginya tetapi menurut si B itu bukan beban. ู‚ูู„ู’ ู…ูŽุง ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุชูŽูƒูŽู„ูู‘ูููŠู†ูŽ โ€œKatakanlah hai Muhammad, โ€œAku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas daโ€™wahku dan bukanlah aku Termasuk orang-orang yang membeban-bebankan.โ€ QS. Shaad86 7. Tampak dari pertanyaan,penyelisihannya terhadap Al-Qurโ€™an dan Sunnah dengan akal. Hadits tentang lalat, melihat Allah subhanahu wa Taโ€™ala, dll. 8. Pertanyaan tentang perkara yang masih samar-samar. Pertanyaan seseorang kepada Imam Malik rahimahullaah mengenai Istiwaa Allah. Allah berfirman, ู‡ููˆูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุขูŠูŽุงุชูŒ ู…ูุญู’ูƒูŽู…ูŽุงุชูŒ ู‡ูู†ูŽู‘ ุฃูู…ูู‘ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ูˆูŽุฃูุฎูŽุฑู ู…ูุชูŽุดูŽุงุจูู‡ูŽุงุชูŒ ููŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูููŠ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ุฒูŽูŠู’ุบูŒ ููŽูŠูŽุชูŽู‘ุจูุนููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ุชูŽุดูŽุงุจูŽู‡ูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุงุจู’ุชูุบูŽุงุกูŽ ุงู„ู’ููุชู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุงุจู’ุชูุบูŽุงุกูŽ ุชูŽุฃู’ูˆููŠู„ูู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุชูŽุฃู’ูˆููŠู„ูŽู‡ู ุฅูู„ุง ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุงุณูุฎููˆู†ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ุขู…ูŽู†ูŽู‘ุง ุจูู‡ู ูƒูู„ูŒู‘ ู…ูู†ู’ ุนูู†ู’ุฏู ุฑูŽุจูู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุฐูŽู‘ูƒูŽู‘ุฑู ุฅูู„ุง ุฃููˆู„ููˆ ุงู„ุฃู„ู’ุจูŽุงุจู ุงู„ ุนู…ุฑุงู†ูง Artinya, โ€œDia-lah yang menurunkan Al kitab Al Quran kepada kamu. di antara isi nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qurโ€™an dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari taโ€™wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui taโ€™wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata โ€œKami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.โ€ dan tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya melainkan orang-orang yang berakal. 7. 9. Pertanyaan tentang apa-apa yang terjadi dari perselihan kaum salaf. Telah ditanya Umar bin Abdil Aziiz rahimahullaah tentang peperangan Shiffiin. Beliau rahimahullaah berkata , โ€œItu adalah darah yang Allah Subhanahu wa Taโ€™ala telah menjaga kedua tanganku, maka aku tidak ingin menodainya dengan lisanku.โ€ diriwayatkan oleh Al-Khaththaabi di dalam kitab Al-Uzlah 136, Ibnu Abdil Barr di dalam Jaamiโ€™ Al-Bayaan Al-Ilm 2/934. 10. Pertanyaan mencari kesalahan yang menjatuhkannya ketika perdebatan. ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู…ูŽู†ู’ ูŠูุนู’ุฌูุจููƒูŽ ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽูŠูุดู’ู‡ูุฏู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ูููŠ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽู„ูŽุฏูู‘ ุงู„ู’ุฎูุตูŽุงู…ู โ€œDan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah atas kebenaran isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.โ€ QS. Al-Baqarah 204 Telah diriwayatkan dari hadits Aisyah radhiyallahu anha berkata Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda ุฃูŽุจู’ุบูŽุถู ุงู„ุฑูู‘ุฌูŽุงู„ู ุฅูู„ู‰ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู’ู„ุฃูŽู„ูŽุฏูู‘ ุงู„ู’ุฎูŽุตูู…ู โ€œOrang yang paling dibenci Allah adalah yang suka berdebat.โ€ Muttafaqun alaihi Juga dari hadits Abu Umamah radhiyallahu anhu berkata Rasulullaah shallallahu alaihi wa sallam bersabda ู…ูŽุง ุถูŽู„ูŽู‘ ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ู‡ูุฏู‹ู‰ ูƒูŽุงู†ููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฃููˆู’ุชููˆุง ุงู„ู’ุฌูŽุฏูŽู„ูŽ. ุซูู…ูŽู‘ ุชูŽู„ุงูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู’ู„ุขูŠูŽุฉูŽ {ู…ูŽุง ุถูŽุฑูŽุจููˆู’ู‡ู ู„ูŽูƒูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฌูŽุฏูŽู„ุงู‹ ุจูŽู„ู’ ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ุฎูŽุตูู…ููˆู’ู†ูŽ{ โ€œTidaklah tersesat satu kaum setelah mendapatkan hidayah yang dahulu mereka di atasnya, melainkan mereka diberi sifat berdebat.โ€ Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membaca firman Allah Subhanahu wa Taโ€™ala ู…ูŽุง ุถูŽุฑูŽุจููˆู’ู‡ู ู„ูŽูƒูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฌูŽุฏูŽู„ุงู‹ ุจูŽู„ู’ ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ุฎูŽุตูู…ููˆู’ู†ูŽ โ€œMereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.โ€ QS. Az-Zukhruf 58 [ dan Ibnu Majah, dihasankan Al-Albani rahimahullaah di dalam Shahih Al-Jamiโ€™ no. 5633] Kebanyakan faedah diambil dari Al-Muwaafaqaat 4/319-321 Yang mengharapkan rahmat dan ampunan Rabbnya Abu Bakr Fahmi Abubakar Jawwas Darul Hadits bisy Syiher harasahallaah Hadramaut 3 Rabiโ€™uts Tsaani 1432 H / 8 Maret 2011 Published Ditulis dalam artikel islami, ilmu, islam, Nasehat, Tanya Jawab, ummat islam

adab bertanya dan menjawab