PengertianFasisme adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. Tujuan fasisme secara umum yaitu membuat individu dan masyarakat berpikir dan bertindak seragam. Para fasisme menggunakan kekuatan dan kekerasan bersama semua metode propaganda bahkan genosida untuk mencapai tujuannya.
Makalahyang berjudul "Fasisme Dalam Kerangka Tiga Negara Poros: Italia, Jerman, dan Jepang" ini merupakan salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Politik. Selesainya makalah ini tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak yang turut serta membantu penulis dan berkontribusi baik dalam terselesaikannya makalah ini.
Fasismedi Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka pada masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Munculnya fasisme di Jepang tidak dapat dipisahkan dari Restorasi Meiji yang mendorong Jepang berkembang menjadi negara industri yang kuat dan membawa Jepang menjadi negara imperialis.
Jepangmenjadi negara fasis dan menganut akko I Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo. Untuk memperkuat kedudukannya sebagai negara fasis, Kaisar Hirohito melakukan beberapa hal berikut. Mengagungkan semangat bushido.
Tag pelopor fasisme di negara jepang adalah Fasisme : Pengertian, Ciri, Tujuan, Unsur, & Sifat (Lengkap) Fasisme : Pengertian, Ciri, Tujuan, Unsur, & Sifat (Lengkap) - Apakah and pernah mendengar istilah fasisme? lantas apakah itu fasisme. Pada kesempatan kali ini Studi News akan menjelaskan tentang fasisme yang akan dibahs secara lengkap.
Negarayang pernah menganut paham fasisme saat perang dunia 1 dan 2, antara lain: Italia, Jerman, Spanyol, dan Jepang. A. Tujuan Fasisme Fasisme lahir dari sebuah system politik yang mana kaum-kaum penganutnya memiliki kesamaan-kesamaan pokok dalam dunia politik itu sendiri, seperti: frustasi, kemarahan, dan perasaan tak aman.
MBW8u. Pelopor fasisme di negara Jepang adalah? Kaisar Hirohito Jenderal Hitoshi Imamura Perdana Menteri Hideki Tojo Perdana Menteri Koiso Perdana Menteri Tanaka Sesuai, kunci jawaban yang paling tepat adalah A. Kaisar Hirohito. Berdasarkan hasil vote dari 891 responden setuju jawaban A benar, dan 0 orang setuju jawaban A salah. Pelopor fasisme di negara Jepang adalah kaisar hirohito. Pembahasan dan Penjelasan Jawaban A. Kaisar Hirohito Tarra, menurut saya, ini adalah jawaban yang benar, dan paling tepat untuk menjawab pertanyaan diatas. Jawaban B. Jenderal Hitoshi Imamura Menurut saya, jawaban ini salah, karena jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan yang ada. Jawaban C. Perdana Menteri Hideki Tojo menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan. Jawaban D. Perdana Menteri Koiso Jawaban ini salah, menurut saya jawaban ini tidak tepat untuk menjawab pertanyaan diatas, jadi ini jawaban yang salah.. Jawaban E. Perdana Menteri Tanaka Sesuai dengan pertanyaan diatas, jawaban pada pilihan ini kurang tepat, jadi jawaban ini salah.. Kesimpulan Berdasarkan Pembahasan dan Penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kunci jawaban yang paling tepat yaitu A. Kaisar Hirohito Semoga jawaban dari kami bisa membantu kalian semua. Jika ada yang ditanyakan langsung di kolom komentar ya!. Terimakasih atas kunjungannya. Profil Penulis Update Terbaru
- Dari atas podium sidang parlemen Jepang, Perdana Menteri Kuniaki Koiso merilis keputusan resmi Kekaisaran Jepang yang membuat seisi ruangan berguncang. Isi putusannya adalah Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia secepatnya, sebelum wilayah itu lumat diterkam pasukan Sekutu. Putusan sidang yang dibacakan pada 7 September 1944 itu segera memicu reaksi pelbagai pihak di tanah air, termasuk organisasi perkumpulan perempuan bikinan Jepang yang disebut Fujinkai. Dalam kondisi yang serba tak tentu, Fujinkai memutuskan untuk mengadakan rapat di Taman Raden Saleh, Jakarta, pada pertengahan September 1944. Melalui rapat itu, nyonya Abdurrachman selaku ketua Fujinkai Jakarta menyatakan keberatan jika perempuan tidak dilibatkan dalam usaha penyambutan kemerdekaan. âPerempuan Indonesia belum berpuas hati sampai kami bisa mengadakan sendiri pertemuan untuk menyambut kebahagiaan Indonesia merdeka di masa yang akan datang,â katanya seperti dilansir Asia Raya edisi 17 September 1944. Siti Fatimah dalam The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War 2010 hlm. 292 menyebutkan bahwa sejatinya perempuan Indonesia awalnya tidak sudi bergabung dengan Fujinkai. Akan tetapi, seiring waktu mereka berharap dapat melanjutkan gerakan emansipasi perempuan melalui organisasi tersebut. Demikian negosiasi secara tidak langsung antara perempuan dengan pihak Jepang telah terjadi sedari awal. Tuntutan tersebut sebagian memang sesuai dengan ideologi fasisme Jepang. Sejak tahun 1943, Jepang sudah berusaha membentuk jiwa militan di kalangan perempuan Indonesia melalui serangkaian propaganda. Hal ini ditunjukkan melalui pembentukan beberapa badan semi-militer istimewa bernama Barisan Srikandi. Propaganda Perempuan Militan Propaganda merupakan kawan setia Jepang sepanjang periode Perang Pasifik. Agar strategi ini berjalan mulus, Jepang selalu berusaha memusatkan informasi ke satu titik dengan jalan melarang diskusi-diskusi yang bersifat politik di setiap wilayah kekuasaannya. Sebelas hari setelah pemerintah kolonial Belanda menyerah pada bulan Maret 1942, Jepang dengan sigap menggulung habis partai-partai politik dan organisasi pergerakan di Indonesia. Organisasi perempuan yang saat itu tengah tumbuh tidak luput terkena imbasnya. Mereka dipaksa untuk menggabungkan diri ke dalam satu wadah bernama Fujinkai yang diresmikan pada 3 November 1943 di Jakarta. Fujinkai pada hakikatnya dibentuk memakai dasar-dasar perkumpulan perempuan militan Jepang yang bernama Dai Nippon Fujinkai. Di Jepang, anggota Fujinkai mencapai 15 juta perempuan berusia 20 tahun ke atas. Tugas mereka selalu berkaitan dengan pertahanan garis belakang, seperti mendukung perekonomian dan pengadaan peralatan perang. Fungsi Fujinkai di Indonesia tidak berbeda dengan apa di Jepang. Namun, karena Indonesia belum memiliki industri alat-alat berat, maka sebagian anggota Fujinkai lebih sering dikerahkan di bidang domestik seperti bercocok tanam dan membuat baju karung goni bagi para pekerja romusha. Di pengujung tahun 1944, pemerintah Jepang di Indonesia sudah menunjukan gelagat kewalahan mempertahankan kekuasaan mereka di Asia Tenggara. Oleh karena itu, Jepang mulai memobilisasi kaum perempuan melalui serangkaian propaganda. Anna Mariana dalam Perbudakan Seksual Perbandingan Antara Masa Fasisme Jepang dan Neofasisme Orde Baru 2015 hlm. 29 menyebut segala upaya pengerahan kaum perempuan didukung sistem pemerintahan yang berasas militerisme. Melalui tuntutan-tuntutan yang dikeluarkan Fujinkai, Jepang memberi kesan seolah perempuan Indonesia berusaha menanggalkan nilai-nilai ketimurannya. Oleh karena itu, Jepang beralasan bahwa mereka patut dididik kembali sebelum pasukan Sekutu menyerbu Indonesia. Beberapa bulan sebelum Nyonya Abdurrachman menyampaikan pidatonya yang berapi-api dalam rapat Fujinkai, sejumlah surat kabar serempak mengampanyekan konsep perempuan ideal serta tanggung jawab mereka di era perang suci. âPerempuan Indonesia telah diberikan hak dan tanggung jawab. Mereka sekarang memiliki kesempatan untuk menentukan nasib sendiri dengan segala konsekuensinya. Diharapkan mereka mempertahankan moralitas ketimuran,â tulis surat kabar Asia Raya edisi 28 Agustus 1944. Pada bulan Maret, surat kabar Tjahaja bahkan merilis artikel hasil tulisan seorang anggota Fujinkai bernama Juningsih yang bertujuan mengampanyekan sosok Sembadra dari tradisi pewayangan Jawa yang lemah lembut dan setia kepada suami. Di saat bersamaan, artikel yang sama juga menyebut pentingnya perempuan Indonesia menjadi seperti Srikandi. âSrikandi adalah perempuan yang sangat berani, siap mengorbankan diri melindungi tanah airnya, sementara Sembadra memiliki moral yang tinggi, suci, setia, dan pemimpin dan pengajar yang ideal,â tulis Juningsih dalam Tjahaja edisi 4 Maret 1944 seperti dikutip Siti Fatimah hlm. 296.Bukan sebuah kebetulan jika satu bukan kemudian, surat kabar yang sama memberitakan pembentukan Barisan Srikandi. Kelompok ini wajib diikuti oleh perwakilan gadis remaja dari setiap desa di Karesidenan Jakarta. Menurut catatan Fatimah, lebih dari 660 gadis berusia 15 sampai 20 tahun dipaksa memenuhi panggilan latihan memanggul senjata dan berpartisipasi dalam perang Asia Timur Raya hlm. 297. Infografik Barisan Srikandi. Pelopor Laskar Perempuan Barisan Srikandi secara resmi berdiri pada bulan April 1944 di Jakarta. Badan semi-militer ini dibentuk di bawah Fujinkai melalui pangreh praja. Agar tidak menimbulkan kesan badan ini dikuasai sepenuhnya oleh Jepang, maka putri Residen Jakarta yang bernama Sudharti Sutarjo ditunjuk sebagai pimpinan pelatih membawahi tiga orang guru perempuan. Berdasarkan tulisan Nino Oktorino dalam Nusantara Membara "Heiho" Barisan Pejuang Indonesia yang Terlupakan 2019 hlm. 31 diketahui bahwa Barisan Srikandi merupakan barisan istimewa. Para anggotanya wajib mengikuti pelatihan keprajuritan di tangsi-tangsi militer sembari dijejali tata krama dan adat kewanitaan. âPihak Jepang menginginkan agar jiwa, jasmani, dan rohani anggota Barisan Srikandi tergembleng oleh latihan ilmu keprajuritan itu agar mereka dapat menjadi pemimpin wanita yang berbudi luhur, di samping tugasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga,â tulis Oktorino. Ohorella dan kawan-kawan dalam Peranan Wanita Indonesia Dalam Masa Pengerakan Nasional 1992 hlm. 40 menjelaskan bahwa Barisan Srikandi memang dipersiapkan untuk bertempur lantaran proporsi pelatihan militernya yang unggul. Akan tetapi, harapan Jepang menerjunkan barisan ini ke garis depan tidak pernah tercapai. Tepat setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Fujinkai beserta seluruh sub-organisasinya turut dibubarkan kabar kekalahan Jepang sampai ke telinga golongan muda pada 14 Agustus 1945, beberapa anggota Barisan Srikandi menjadi perempuan-perempuan pertama yang ikut menyebarkan berita kemerdekaan ke seluruh Jakarta. Bersama gerakan pemuda bawah tanah, mereka ikut dalam aksi perampasan senjata dan bahan baku pembuatan bendera di gudang-gudang milik Jepang. âDalam aksi tersebut, kami dari Barisan Srikandi turut serta menurunkan bendera di kantor-kantor, yakni menurunkan bendera Jepang dan mengibarkan Sang Merah Putih. Setelah itu, kami ditugaskan untuk membagi-bagikan bendera itu ke seluruh Jakarta,â tutur Partinah dalam kumpulan tulisan Seribu Wajah Wanita Pejuang Dalam Kancah Revolusi 45 Jilid I 1995, hlm. 183.Sepanjang perang revolusi, anggota Barisan Srikandi berpencar ke seluruh penjuru Jawa. Banyak di antara mereka yang memilih berjuang bersama Laskar Wanita Indonesia Laswi dalam pertempuran mempertahankan Bandung. Beberapa di antaranya ada pula yang tercatat sebagai pendiri badan kelaskaran Pemuda Putri Republik Indonesia yang punya andil dalam pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. - Humaniora Penulis Indira ArdanareswariEditor Irfan Teguh
ï»żPembahasanLatar belakang fasisme di Jepang mengalami sedikit perbedaan dengan yang ada di Jerman dan Italia. Rezim fasisme di Jepang lahir bukan karena krisis ekonomi dan politik, melainkan untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang sudah tercipta sejak Restorasi Meiji. Dengan memperluas wilayah kekuasaan, Jepang dapat memastikan tersedianya sumber bahan mentah, pasar, serta akses pelayaran. Hal itulah yang mendorong ambisi Jepang untuk menguasai Asia Timur Raya. Sedangkan fasisme di Jerman dan Italia lahir karena rakyat menganggap pemimpin yang telah terbentuk melalui proses demokrasi tidak mampu mengatasi krisis ekonomi serta memulihkan martabat dan kejayaan bangsa. Di tengah kondisi tersebut muncul sosok yang berjanji akan mengatasi segala kegelisahan rakyat. Mereka adalah Adolf Hitler di Jerman dan Bonito Mussolini di Italia. Keduanya bertekad, membangun kejayaan negara tidak saja melalui pembangunan ekonomi, tetapi juga melalui ekspansi wilayah. Menurut para pemimpin fasis, tujuan tersebut tidak dapat tercapai melalui proses demokrasi, tetapi melalui pemusatan kekuasaan pada tangan satu orang di Italia pada âIl Duceâ Mussolini dan di Jerman pada âFuhrerâ belakang fasisme di Jepang mengalami sedikit perbedaan dengan yang ada di Jerman dan Italia. Rezim fasisme di Jepang lahir bukan karena krisis ekonomi dan politik, melainkan untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang sudah tercipta sejak Restorasi Meiji. Dengan memperluas wilayah kekuasaan, Jepang dapat memastikan tersedianya sumber bahan mentah, pasar, serta akses pelayaran. Hal itulah yang mendorong ambisi Jepang untuk menguasai Asia Timur Raya. Sedangkan fasisme di Jerman dan Italia lahir karena rakyat menganggap pemimpin yang telah terbentuk melalui proses demokrasi tidak mampu mengatasi krisis ekonomi serta memulihkan martabat dan kejayaan bangsa. Di tengah kondisi tersebut muncul sosok yang berjanji akan mengatasi segala kegelisahan rakyat. Mereka adalah Adolf Hitler di Jerman dan Bonito Mussolini di Italia. Keduanya bertekad, membangun kejayaan negara tidak saja melalui pembangunan ekonomi, tetapi juga melalui ekspansi wilayah. Menurut para pemimpin fasis, tujuan tersebut tidak dapat tercapai melalui proses demokrasi, tetapi melalui pemusatan kekuasaan pada tangan satu orang di Italia pada âIl Duceâ Mussolini dan di Jerman pada âFuhrerâ Hitler.
Segala sesuatu yang identik dengan Jepang selalu menjadi pelopor tren di Asia. Wajar saja hal tersebut terjadi dikarenakan Jepang termasuk negara maju di kawasan Asia. Bahkan beragam produk Jepang selalu mudah menyebar luas di kawasan negara lain. Beragam produk Jepang tersebut mulai dari teknologi, mobil dan fashion. Sebagai negara maju, Jepang menjadi role model dari berbagai negara lainnya khususnya di Asia. Termasuk fashionnya yang unik sehingga mudah menyebar luas pada kawasan negara lainnya, tidak hanya di Asia tetapi juga hingga Eropa. Salah satu tren nya adalah harajuku. Bahkan banyak negara lain yang mengadopsi gayanya. Daftar Isi Sejarah Fashion di Jepang Tren Fashion di Jepang Ciri Khas Fashion di Jepang Adanya Klub Pecinta Fashion Jepang Sejarah Fashion di Jepang Seperti pada negara lainnya saat zaman purba banyak yang menggunakan pakaian dari kulit binatang yang sederhana, bahkan tidak ada mode sama sekali. Barulah memasuki abad pertengahan mengenal kimono. Kimono menjadi fashion di Jepang yang orisinal. Hingga saat ini, kimono menjadi baju tradisional Jepang. Dari kimono tersebut lahir pakaian kimono bangsawan yang disebut sebagai junihitoe. Pada abad pertengahan, junihitoe disebut sebagai pakaian yang mewah dan mahal. Pakaian ini sejenis kimono, hanya dipakai berlapis-lapis. Maka dari itu, disebut sebagai kimono 12 lapis, dan hanya digunakan oleh kalangan bangsawan serta keluarga lerajaan. Masih pada abad yang sama, dalam mode pakaian lain bangsawan, lain juga rakyat biasa. Di abad pertengahan tersebut, rakyat biasa menggunakan kosode. Pakaian ini sejenis kimono yang terbuat dari kain linen. Untuk membedakan dengan baju yang dipakai bangsawan, terlihat dari warna dan coraknya. Barulah ketika memasuki perang dunia ke II, tren berpakaian di Jepang lebih berkembang pesat dan dinamis. Hal ini dikarenakan interaksi Jepang dengan dunia luar cukup intens. Dengan demikian penggunaan kosode pun dimodifikasi dengan item busana lainnya. Begitu juga dengan warna dan corak yang digunakannya. Penggunaan warnanya lebih mencolok. Artikel Pilihan Tren Fashion di Jepang Perkembangan mode pakaian di Jepang cukup meningkat signifikan, dari hanya sebatas kimono hingga pakaian modern. Bahkan saat ini tren berpakaian gaya Jepang diikuti oleh banyak negara lainnya serta tidak jarang mereka pun mendirikan klub khusus untuk pecinta mode pakaian Jepang. Berikut ini daftar tren berpakaian ala Jepang yang banyak diminati 1. Harajuku Nama model pakaian ini diambil dari sebuah tempat di Tokyo. Tepatnya di dekat stasiun JR Harajuku, di distrik Shibuya. Kawasan tersebut menjadi tempat berkumpul anak-anak muda pecinta seni. Bentuk kecintaan seni nya tersebut diaplikasikan dalam mode berpakaian dan terlahirlah nama Harajuku, karena dari kawasan tersebut awal mula terlahir. 2. Cosplay Maraknya perkembangan anime di Jepang, membuat penggemarnya banyak yang ingin meniru kostum tokoh anime tersebut. Saking menggemari salah satu tokoh anime, penggemar anime tersebut rela untuk mencat warna rambutnya agar mirip dengan tokoh anime dengan menggunakan kostum anime favoritnya. 3. Gothika Lolita Mode pakaian ini memiliki ciri khas penggunaan model baju pada zaman Victoria di Inggris serta dilengkapi dengan ankle boots tebal. Tren ini berkembang di kalangan gadis Jepang pada tahun 90-an. Selain itu penggunaan warna pastel diaplikasikan pada warna pakaian, riasan, dan juga aksesoris, yang menjadi ciri khas menonjol pada mode pakaian tersebut. 4. Decora Dalam bahasa Jepang mode pakaian ini berarti imut atau kawaii. Ciri khas pakaian ini menggunakan warna yang cerah dan juga berwarna-warni. Dengan demikian dapat membuat pemakainya imut dan menggemaskan. Mode pakaian ini dibuat lebih girly. Selain itu, pemakai pakaian ini pun harus menirukan suara yang imut. 5. Visual Kei Pengguna model pakaian ini dikhususkan untuk lelaki. Terutama bagi mereka yang menyukai musik beraliran rock dan metal. Ciri khas yang lebih menonjol, terlihat pada gaya rambut dan riasan wajah yang identik dengan kesan maskulin dan gaya heavy metal. Pengguna pakaian ini disebut sebagai anak punk Jepangâ. 6. Samantha Thavasa Bagi penggemar Hello Kitty, bisa mencoba gaya ini. Pada dasarnya nama Samantha Thavasa merupakan nama merk tas terkenal dan mewah di Jepang. Tas tersebut memiliki tokoh ikonik yaitu Hello Kitty. Karena kemewahannya, tas ini mampu menguasai pangsa pasar di Jepang dan menjadi item fashion para wanita. 7. Muji Mode pakaian ini diambil dari sebuah merek pakaian terkenal di Jepang. Diciptakan oleh Ryohin Keikaku, mode pakaian ini khusus diciptakan untuk pria yang ingin tampil dengan gaya casual namun tetap stylish dengan ciri khas celana khas Jepang. Pakaian ini pun diciptakan agar cocok dikenakan di segala suasana. Ciri Khas Fashion di Jepang Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mode berpakaian khas Jepang senang memodifikasi dari tren mode pakaian yang telah lebih dulu terkenal. Sebagai contoh gothika lolita yang memiliki ciri khas pakaian era abad ke- 18 di Eropa dan dikombinasikan dengan sepatu boot dengan gaya tebal. Hal tersebut menjadi ciri khas gaya berpakaian di Jepang. Ciri khas lainnya dari segi penggunaan warna pakaian, Jepang senang menggunakan pakaian dengan warna yang saling bertolak belakang. Penggunaan warna cerah yang dikombinasikan dengan warna pastel menjadi ciri khas pakaian Jepang dari dulu hingga kini. Ciri khas lain yang mudah dikenali dari mode pakaian Jepang, yaitu senang menggunakan baju dengan model bertumpuk. Baik pakaian tradisional, seperti kimono dan model pakaian modern seperti harajuku selalu menggunakan model pakaian yang bertumpuk. Namun demikian tetap memberikan ciri khas yang unik bagi pemakainya. Tidak lupa dari segi penggunaan aksesoris pun, identik dengan aksesoris yang bertumpuk. Hal ini membuat Jepang memiliki ciri khas berpakaian yang berbeda dengan negara lainnya. Aksesoris yang digunakan mulai dari kepala, anting-anting dan juga gelang harus dilengkapi sebagai bagian dari mode pakaian ala Jepang. Adanya Klub Pecinta Fashion Jepang Mengingat Jepang menjadi salah satu negara yang menjadi kiblat mode, hal ini membuat banyaknya pecinta mode pakaian ala Jepang mendirikan klub khusus untuk penggemar mode pakaian Jepang. Bahkan tidak jarang, mereka pun seringkali saling bertukar informasi dan melakukan transaksi jual beli untuk item pakaian tersebut. Terlebih pada saat ini jumlah pecinta mode pakaian Jepang terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penggemar anime, manga dan dorama. Maka dari itu, terbentuknya klub pecinta fashion Jepang menjadi suatu wadah untuk saling bertukar informasi atas mode yang saat ini sedang hits di Jepang, sehingga tidak akan tertinggal informasi. Diantara anggota klub tersebut seringkali mengadakan pertemuan dan juga saling bertukar informasi atau sekedar saling memamerkan kostum kebangaannya masing-masing. Bahkan tidak sedikit yang berburu kostum dan aksesoris hingga ke luar negeri demi mendapatkan gaya ala Jepang. Setiap negara melakukan apresiasi yang berbeda-beda melakukan aktivitas dalam klub pecinta mode pakaian Jepang, termasuk di Jepang sendiri. Di Jepang perkumpulan anggota klub pecinta mode pakaian ala Jepang bertujuan untuk menambah keakraban antar sesama dan juga bertujuan untuk menunjukan berbagai aksesoris dan model pakaian terbaru. Sebagai negara maju, Jepang tidak hanya terkenal dengan budaya dan teknologinya saja. Fashion Jepang pun senantiasa banyak diikuti oleh negara-negara lainnya. Hal tersebut membuktikan pengaruh Jepang sangat kuat di dunia. Terlebih karena gaya berpakaian Jepang yang unik membuat menarik perhatian banyak negara lain. Baca juga Tokyo Style Street Fashion Seru untuk Anak Muda
Kelas IX 3 SMP Pelajaran IPS SejarahKategori Perang Dunia IIKata Kunci Fasisme, Militerisme, JepangFasis Militerisme di Jepang muncul karena beberapa faktor, antara lainâș Faktor Militer. Jepang berpikiran untuk menjadikan daerah jajahan sebagai benteng alam untuk melindungi dari serangan musuh.âș Faktor Kependudukan. Jepang beranggapan dengan memiliki wilayah jajahan maka sebagian penduduknya bisa pindah ke wilayah tersebut.âș Faktor Ekonomi. Restorasi Meiji membuat Jepang tampil sebagai Negara industri yang maju. Jepang kemudian berpikir untuk memperluas wilayah jajahan untuk mendukung kepentingan industrinya.âș Faktor Kepercayaan. Jepang menganut paham atau semangat HAKKO ICHIU yang berakar pada ajaran Shinto. Paham ini beranggapan bahwa seluruh penduduk dunia adalah saudara atau satu keluarga dan Dewa Matahari menunjuk Jepang sebagai pemimpin dunia. Dengan paham ini Jepang pun menjadi fasis dan berambisi untuk menguasai dunia dimulai dari kawasan memahami materi ini, silahkan simak penjelasan pada tautan berikut Pengertian Fasis Negara Fasis
pelopor fasisme di jepang adalah